Hai guys.. sekian lama cerpen ini tenggelam bersama senja di ufuk barat... hahahaha.. sok kali Miss Disa nie.. ckckckck ._. tapi ga apa2 lah.. sekedar memperbaharui saja.. hehehe.. lets check..
.......................................*
Hari sudah senja, tapi anak kecil yang sering aku panggil Gadis masih terduduk di bukit belakang rumahku. Setiap hari Gadis selalu duduk di bawah pohon cemara besar itu. Tapi entah mengapa, untuk pertama kalinya dia duduk terlalu lama di sana, terus menatap ke atas langit. Seakan menginginkan sesuatu jatuh dari langit. Hari sudah mulai malam, tapi ia belum beranjak dari sana. Entah apa yang dipikirkannya, tapi aku merasa kasihan. Sungguh anak yang malang.
“Gadis, ayo pulang. Hari sudah malam” aku memanggilnya
untuk mengajaknya pulang
“Iya, Kak.” Jawabnya singkat. Gadis berlari menyusuri
lereng bukit yang berumput hijau itu. Sebuah tempat favorit Gadis ketika senja
datang. Entah apa yang bisa dia pikirkan, aku pun sulit untuk menebaknya.
Wajahnya yang begitu mungil dan polos, terkadang membuat hatiku merasa prihatin
kepadanya ketika ia selalu berada di bukit itu. Menatap kosong ke arah langit.
“Apa yang sedang kamu lakukan di atas sana?” aku bertanya
karena penasaran dengan anak kecil ini.
“Ah, tidak. Hanya duduk melihat indahnya langit.”
Jawabnya, lalu berlari meninggalkanku.
Aku pikir sungguh sulit untuk menjadi seorang anak yang
tidak tahu bagaimana ayah dan ibunya. Ya, gadis aku temukan di depan gerbang
rumahku. Sungguh malang nasib anak itu, tapi bagaimanapun juga sekarang telah
menjadi tugasku untuk menjaganya.
“Hey, Gadis tunggu kakak” mengikutinya berlari
dibelakangnya
“Ayo kakak, kejar aku kalau kakak bisa” mempercepat
larinya sambil tertawa kecil. Senang bisa melihatnya tertawa seperti itu. Sudah
lama, sejak aku temukan dia sepuluh tahun yang lalu, baru kali ini dia tertawa
sebahagia itu.
Sesampainya di rumah, aku menyuruhnya untuk membersihkan
diri. Kotor sekali anak kecil ini, pikirku. Tapi hal itu membuat aku kembali
bertanya pada diriku, apa yang sedang dia lakukan di atas bukit sana setiap
senja, sampai-sampai badannya bisa kotor seperti itu. Entahlah, biarkan dia dan
Tuhan yang tahu, pikirku kembali.
“Cepat bersihkan
badanmu, lalu pergi untuk ibadah. Setelah itu baru kita makan bersama.” Sulit
bagiku untuk mengabaikan anak kecil itu. Bagaimanapun juga, dia yang membawakan
keceriaan dalam hidupku. Kalau tidak ada dia, pasti aku sudah tinggal sendiri
dan kesepian. Benar-benar bagaikan malaikat kecil yang dikirimkan Tuhan.
“Kakak?” Gadis memanggilku saat kami sedang makan malam.
Sepertinya ada sesuatu yang ingin dia katakan.
“Ah, iya. Ada apa?” tanyaku kepadanya.
“Ayah dan ibuku, apa kakak tahu mereka dimana?” pertanyaan
yang terlontar dari mulut kecilnya membuatku kaget mendengarnya. Benar-benar
sangat heran, karena tumben sekali dia menanyakan hal itu. Padahal selama ini
dia tidak pernah bertanya itu padaku.
“Ah, mereka. Nanti kakak beritahu,
habiskan dulu makananmu.” Jawabku. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin
dia memang merindukan orang tuanya. Karena sudah selama sepuluh tahun dia tidak
pernah mengetahui bagaimana dan dimana orang tuanya berada. Bagiku wajar untuk
anak seperti dia menanyakan keberadaan orang tuanya.
Pagi ini aku mengantar Gadis berangkat ke sekolahnya.
Sungguh sangat beruntung anak ini masih bisa aku sekolahkan. Selama perjalanan
menuju ke sekolah, dia terus menatapku seakan menunggu jawaban yang pasti
dariku tentang keberadaan orang tuanya. Aku balik menatapnya depan hanya
tersenyum kepadanya dan tidak berkata apa-apa.
“Sudah sampai. Jangan nakal ya.” Kataku padanya saat
sampai di sepan gerbang sekolahnya
“Kakak” menatapku dengan wajah memelas.
“Sudahlah, cepat masuk. Nanti kan
kita bertemu lagi.” Jawabku untuk menghindari pertanyaan dari. Dia hanya
tersenyum mendengar jawabanku, lalu pergi ke dalam ke sekolah sambil
melambaikan tangan padaku. Aku tahu, dia kecewa mendengar jawaban dariku, tapi
aku sendiri bingung harus mengatakan apa padanya.
Saat senja hari ini, aku merasa aneh melihat Gadis berada
di rumah. Biasanya dia masih berada di bukit, tapi kali ini seharian dia berada
di rumah.
“Hey, aneh sekali melihatmu berada di rumah seharian.
Biasanya kamu masih ada di bukit, apa kau sudah tidak suka ke sana lagi?”
tanyaku kepadanya. Dia melihatku dengan kesal saat aku bertanya seperti itu.
“Kakak. Pertanyaan apa itu? Kakak tahu sendiri, itu
tempat favoritku. Jadi tidak mungkin aku tidak suka pergi ke sana.” Jawabnya
dengan nada sedikit marah.
“Lalu?” jawabku singkat. Aku heran dengan anak kecil ini,
apa yang sedang dia pikirkan. Saat aku menjawab seperti itu, dia hanya
tersenyum melihat aku heran.
“Nanti juga kakak tahu sendiri.”
katanya sambil tersenyum. Sungguh anak yang aneh, pikirku.
Hari ini sekolah mulai libur. Karena 3 hari lagi adalah
Hari Natal. Walaupun hari libur, tapi aku tetap saja sibuk. Setidaknya, ada
Gadis yang membantu menyiapkan semuanya untuk merayakan Natal nanti. Tapi,
entah mengapa semakin hari tingkah Gadis semakin aneh saja. Biasanya dia pergi
ke bukit saat senja, tapi sekarang dari siang hari dia sudah pergi kesana.
“Hey, kenapa siang-siang begini sudah mau pergi?” tanyaku
dengan heran. Dia hanya tersenyum lalu pergi. Yah, setidaknya dia sudah lebih
ceria, dan satu yang membuatku lega, mungkin dia sudah melupakan pertanyaannya
tentang ayah dan ibunya, pikirku.
Selama empat hari ini dia terus pergi ke bukit lebih
awal, membawa banyak sekali barang. Entah apa yang dia lakukan di sana.
“Hey, ini terakhir aku kakak bertanya, apa yang kau
lakukan di sana?” tanyaku untuk terakhir kalinya. Gadis terdiam sejenak, lalu
berkata
“Rahasia.” Dia tersenyum lalu
berlalu begitu saja. Sungguh anak yang sangat aneh.
Malam ini malam Natal, sudah beberapa kali memang aku
merayakan Natal bersama anak ini. tapi berbeda dengan kali ini. Karena hari
ini, aku memutuskan untuk mengatakan kebenaran tentang orang tuanya.
“Gadis, apa kamu masih menunggu jawaban itu?” tanyaku
kepadanya.
“Jawaban?” dia bertanya heran. Aku pikir dia sudah
melupakannya. Walaupun dia lupa, aku harus mengatakannya. Karena aku rasa sudah
cukup lama aku membohongi anak kecil ini. Sudah saatnya untuk dia
mengetahuinya.
“Ya. Tentang orang tuamu.” Kataku. Tapi, setelah
mendengar itu, kepalanya tertunduk. Raut wajahnya berbubah, dan matanya pun berkacar-kaca.
“Sudahlah kakak, aku sudah melupakannya.” Katanya dengan
nada yang sedih. Aku jadi merasa bersalah membuatnya bersedih di hari yang
berbahagia ini.
“Tapi, aku senang bisa bertemu dengan kakak.” Lanjutnya,
lalu tersenyum.
“Hmm.. aku lupa, aku punya sesuatu untuk kakak. Ayo ikut
aku!” dia memegang tanganku lalu menarikku.
“Mau kemana?” tanyaku.
“Sudah, kakak ikut saja.” Katanya. Entah kemana dia akan
membawaku, malam sungguh gelap jadi aku tidak bisa melihat apa-apa. Hanya
cahaya bintang yang bersinar di atas.
“Sudah sampai.” Katanya.
“Sampai? Apa maksudmu?” tanyaku heran.
Dia terdiam, lalu melepaskan tangannya dariku. Pergi ke
suatu tempat, meninggalkan aku sendiri. dan tiba-tiba,
“Kejutan!” teriaknya. Semua menjadi terang karena banyaknya
lampu di sini. Terlihat juga pohon cemara besar yang indah dengan lampu dan
hiasan natal, serta bintang besar di atasnya. Sungguh sangat menakjubkan.
“Kakak, ini kado Natal untuk kakak. Memang aku tidak
membuatnya sendiri, tapi aku harap kakak senang.” Katanya.
Aku terdiam, anak kecil ini benar-benar bagaikan
malaikat. Entah bagaimana dia bisa mempersiapkan ini semua.
“Jadi, setiap hari kamu ke sini, untuk mempersiapkan
ini?” tanyaku masih penasaran dengan apa yang dia lakukan. Anak ini benar-benar
menakjubkan. Jika orang tuanya tahu, betapa hebatnya anak ini, pasti mereka
akan menyesal.
Aku mamandangi Gadis dengan penuh haru. Gadis terdiam,
menatap ke atas langit dan tersenyum.
“Ayah, Ibu. Kalian lihat, ini hadiah Natal untuk kalian.
Indah bukan? Ayah, Ibu, hadiah ini juga aku persembahkan untuk kakak. Dia yang
selalu menjagaku. Aku sedih tidak bisa bertemu kalian, tapi aku senang aku
bertemu dengan kakak.” Dia berteriak sambil menatap langit. Tampak ada air mata
yang menetes dari sudut matanya mengalir di atas pipinya. Aku benar-benar
terharu dan tidak bisa berkata apa-apa. Gadis memelukku dengan erat, lalu
berbisik
“Aku
sayang kakak. Selamat Hari Natal. Dan tetaplah menjadi kakakku.” katanya.
Kata yang sungguh mengharukan yang diucapkan oleh malaikat
kecil, yang menjadi kado terindah di Hari Natal ini.
No comments:
Post a Comment