Sunday, May 20, 2012

Pemanfaatan Daun Talas sebagai Pembungkus Makanan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasa ini kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar
bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan.
Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.
Contohnya adalah kemasan makanan yang berbahan plsatik. Kemasan plastik dianggap murah dan praktis untuk pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Alasan lain menggunakan plastik untuk pembungkus makanan adalah pembungkus nonplastik seperti kertas pengemas dianggap sulit diperoleh dan mudah rusak dibanding plastik. Tak heran hampir semua makanan baik roti, biskuit, mi instan, maupun air mineral menggunakan plastik sebagai pembungkus. Tidak hanya produk pabrikan, dalam kehidupan sehari-hari, pedagang makanan juga cenderung menggunakan plastik untuk membungkus makanan. Sehingga penggunaan kemasan plastik di masyarakat semakin meningkat.
Perhatikan saja kalau kita membeli jajanan, gorengan, penjual langsung memasukkan jajanan yang masih panas itu ke pembungkus plastik yang lebih kita kenal sebagai “tas kresek”. Juga kalau kita membeli makanan berkuah seperti bakso atau soto, penjual memasukkan kuah panasnya langsung ke bungkus plastik. Ternyata kebiasaan itu memiliki efek buruk bagi kesehatan. Di negara maju, penggunaan plastik untuk pembungkus mulai dihindari. Menurut dr. Hengky Indradjaja, ada beberapa alasan kenapa penggunaan plastik mulai dihindari. Pertama, sejumlah bahan plastik bersifat racun (toksik) karena bahan yang digunakan untuk membuat plastik yaitu Polystirena (PS) diketahui bersifat karsinogenik yang dapat memicu munculnya penyakit kanker. Kedua, penggunaan plastik yang begitu luas dapat menjadi masalah lingkungan yang sangat kompleks. Sampah plastik tidak mudah terurai dibandingkan sampah organik. Membakar sampah plastik juga bukan penyelesaian baik karena residu dan asap plastik sangat beracun.

Wednesday, May 2, 2012

Sang Pengisi Raga



Begitu lembut
Begitu halus
Sulit dibayangkan
Sulit tuk dimengerti
Sesuatu
Yang lengkapi segala kekosongan
Benar tak bisa tuk dimengerti
Sulit tuk dipahami
Tanpanya
Tiada arti

Feel Love



Author         : Song Je Bin
Pairing         : SHINee with Song Hyun Hwa
Band (s)      : SHINee
Genre : Romance
Rating          : PG 13
Note            :
Disclaimer    :

Hak Cipta diLindungi Tuhan Yang Maha Esa

Feel Love
Pengenalan karekter :
Song Hyun Hwa : seorang gadis beruntung yg bakal tinggal breng SHINee di dorm mereka. *kenapa bisa??. Nnt author ceritakan*
Hyun Hwa merupakan gadis blasteran Korea-Indonesia. Pada awal’a Hyun Hwa tinggal di Indonesia. Karena ada masalah keluarga, akhirnya dia di kirim ibunya ke Korea untuk tinggal bersama neneknya disana. Tapi, sesampainya Hyun Hwa di sana, tenyata neneknya sudah meninggal dan rumah neneknya telah dijual. Hyun Hwa yang belum pernah ke Korea sebelumnya merasa sangat bingung. *sampe disini dlu pengenalan tentang Hyun Hwa. Di cerita akan lebah byk lagi author ceritakan*

*Hyun Hwa POV*
 Aku memang sudah sampai di Seoul, tapi kemana aku harus pergi?? Mungkin Umma tidak tahu bahwa nenek sudah tidak ada dan rumahnya di jual. Aku menangis sendirian di pinggir jalan, dan tidak tahu harus bagaimana. Sampai seorang perempuan mendekatiku dan bertanya padaku...
          “Annyeonghaseyo... mengapa menangis sendiri di sini? Apa kamu baik-baik saja?” orang itu bertanya dengan sangat sopan.
          ”Ne, saya bingung harus pergi kemana? Saya datang ke sini ingin menemui nenek saya. Tapi... nenek sudah tidak ada, dan rumahnya pun sudah di jual.. saya tidak tau harus bagaimana sekarang.” aku menjawab dengan ragu, karena orang itu tidak aku kenal.
          ”Aigo... sungguh malang, kalau begitu.. ikutlah denganku.”
          ”Aniyo.. saya tidak apa-apa..” aku benar-benar sangat takut saat itu.
          ”Gwenchana, saya bukanlah orang yang jahat..”
Ya, kelihatannya orang ini tidak jahat. Mungkin aku bisa ikut dengannya. Pikirku.
          Dan akhirnya aku ikut dengan orang itu ke rumahnya. Di rumahnya aku benar-benar dianggap seperti anaknya sendiri. Aku benar-benar merasa tertolong, tapi tidak enak juga karena telah merepotkannya. Sampai suatu hari aku tau, bahwa orang ini ternyata adalah teman ibuku saat di SMA dulu. *kebetulan bnget. Hhe... author sengaja.*
          Sampai-sampai dia menyekolahkan aku di sekolah yg cukup terkenal...
*dari sini Hyun Hwa ketemu ma SHINee*

*In New School*
Hari ini, hari pertama aku masuk sekolah. Benar-benar tidak bisa aku bayangkan, aku bisa bersekolah di Korea.. Walau penggunanaan bahasa Koreaku tidak begitu lancar, setidaknya aku mengerti apa yang mereka ucapkan *secara, diceritakan ibunya orang Korea*
”Annyeonghaseyo.. chonun Song Hyun Hwa imnida...” itu yang aku katakan saat pertama memperkenalkan diri di depan kelas.
Aku benar-benar merasa sangat senang, karena teman-teman baruku sangat ramah padaku. Mereka sangat mudah bergaul. Tapi.. satu orang yang begitu susah untuk diajak berbicara. Entah perasaanku saja atau dia memang susah untuk berteman. Aku berusaha mendekatinya.. tapi dia begitu sangat dingin..
”Annyeonghaseyo...Song Hyun Hwa imnida...” aku menjulurkan tanganku kehadapannya, tapi...
”Lee Taemin, atau.. panggil saja Taemin” jawabnya dengan singkat.
Aku merasa sangat tidak nyaman dengan sikapnya seperti itu, tapi.. sudahlah.. mungkin karena aku murid baru.

Kado Natal dari Gadis



Hai guys.. sekian lama cerpen ini tenggelam bersama senja di ufuk barat... hahahaha.. sok kali Miss Disa nie.. ckckckck ._. tapi ga apa2 lah.. sekedar memperbaharui saja.. hehehe.. lets check.. 
.......................................*

Hari sudah senja, tapi anak kecil yang sering aku panggil Gadis masih terduduk di bukit belakang rumahku. Setiap hari Gadis selalu duduk di bawah pohon cemara besar itu. Tapi entah mengapa, untuk pertama kalinya dia duduk terlalu lama di sana, terus menatap ke atas langit. Seakan menginginkan sesuatu jatuh dari langit. Hari sudah mulai malam, tapi ia belum beranjak dari sana. Entah apa yang dipikirkannya, tapi aku merasa kasihan. Sungguh anak yang malang.
       “Gadis, ayo pulang. Hari sudah malam” aku memanggilnya untuk mengajaknya pulang
           “Iya, Kak.” Jawabnya singkat. Gadis berlari menyusuri lereng bukit yang berumput hijau itu. Sebuah tempat favorit Gadis ketika senja datang. Entah apa yang bisa dia pikirkan, aku pun sulit untuk menebaknya. Wajahnya yang begitu mungil dan polos, terkadang membuat hatiku merasa prihatin kepadanya ketika ia selalu berada di bukit itu. Menatap kosong ke arah langit.
            “Apa yang sedang kamu lakukan di atas sana?” aku bertanya karena penasaran dengan anak kecil ini.
            “Ah, tidak. Hanya duduk melihat indahnya langit.” Jawabnya, lalu berlari meninggalkanku.
            Aku pikir sungguh sulit untuk menjadi seorang anak yang tidak tahu bagaimana ayah dan ibunya. Ya, gadis aku temukan di depan gerbang rumahku. Sungguh malang nasib anak itu, tapi bagaimanapun juga sekarang telah menjadi tugasku untuk menjaganya.
            “Hey, Gadis tunggu kakak” mengikutinya berlari dibelakangnya
            “Ayo kakak, kejar aku kalau kakak bisa” mempercepat larinya sambil tertawa kecil. Senang bisa melihatnya tertawa seperti itu. Sudah lama, sejak aku temukan dia sepuluh tahun yang lalu, baru kali ini dia tertawa sebahagia itu.
            Sesampainya di rumah, aku menyuruhnya untuk membersihkan diri. Kotor sekali anak kecil ini, pikirku. Tapi hal itu membuat aku kembali bertanya pada diriku, apa yang sedang dia lakukan di atas bukit sana setiap senja, sampai-sampai badannya bisa kotor seperti itu. Entahlah, biarkan dia dan Tuhan yang tahu, pikirku kembali.